Nama : Yuni
Rido Asih
NPM : 29212594 / 2EB25
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar belakang masalah
Dalam sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia,
koperasi memiliki peranan yang cukup berarti. Dari beberapa hasil studi kasus
tentang koperasi memperlihatkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja
menguntungkan pada anggota koperasi tetapi juga telah berperan dalam penyerapan
tenaga kerja dan memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik untuk
komunitas dimana koperasi tersebut berada. Keberadaan dan perkembangan koperasi
khususnya koperasi yang responsif gender di Indonesia cukup menarik perhatian
pemerintah maupun para pembina karena koperasi-koperasi tersebut menunjukkan perkembangan
kinerja yang baik.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan. Prinsip–prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam
menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip–prinsip
tersebut adalah : kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan
dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggotanya, pemberian
balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan kerjasama
antar koperasi. Karakteristik koperasi yang membedakannya dengan badan
usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda, yaitu
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi
BAB
II
TEORI
KOPERASI
Istilah koperasi sebenarnya berasal dari bahasa asing
yaitu Co-Operation; dimana Co berarti bersama dan Operation
berarti usaha. Secara harfiah koperasi dapat diartikan sebagai usaha
bersama. Pengertian ini juga dapat diaplikasikan secara sederhana misalnya KUD
(Koperasi Unit Desa) sebagai usaha bersama suatu kelompok masyarakat di suatu
wilayah desa, KOPKAR (Koperasi Karyawan) sebagai usaha bersama karyawan yang
bekerja bersama dalam satu institusi, lembaga atau perusahaan.
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian, koperasi diartikan sebagai badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal tersebut menjelaskan dalam koperasi
harus ada prinsip-prinsip koperasi sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan
perkoperasian tersebut. Yang paling penting dalam pengertian ini adalah bahwa
koperasi merupakan badan usaha yang berdiri atas asas kekeluargaan, berbeda
dengan badan usaha lain, yang melandasi kegiatan usahanya hanya untuk mencari
laba.
Menurut Moh. Hatta dalam Sumarsono (2003:3),
“Koperasi didirikan sebagai
persekutuan
kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya”. Mencapai keperluan hidupnya
dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi di
dahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.
Masih dalam buku yang sama Soemarsono (2003:3),
menjelaskan menurut ILO, “Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya
yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi
perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan
setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta
menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan”. Adapun
prinsip-prinsip dalam koperasi antara lain:
a. Bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengawasan oleh anggota secara demokratis
c. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi
d. Otonomi dan kemandirian
e. Pendidikan, pelatihan dan informasi
f. Kerjasama antar koperasi
g. Kepedulian terhadap masyarakat
Ø
JENIS KOPERASI MENURUT TEORI KLASIK
-
Koperasi pemakaian (konsumsi) merupakan
koperasi yang dalam kegiatan usahanya menyediakan kebutuhan primer bagi
anggota-anggotanya atau bisa juga dalam bentuk barang lainnya.
-
Koperasi Penghasil (Produksi) adalah
koperasi yang menyelenggarakan perusahaan yang menghasilkan barang dan
jasa,dimana anggotanya bekerja dalam koperasi sebagai pegawai/karyawan.
-
Koperasi Simpan Pinjam adalah
koperasi yang mempunyai kepentingan untuk menyimpan dana dan memberikan
pinjaman sejumlah uang untuk keperluan para anggotanya/non anggota.
Ø Jenis Koperasi
Dalam koperasi dimensi kekuasaan tertinggi dalam
menentukan kebijaksanaan usaha berada pada para anggota, melalui alat
kelengkapan koperasi yang dinamakan Rapat Anggota Tahunan. Sedangkan dalam badan usaha non koperasi kekuasan tertinggi berada pada
para pemegang saham.
Dalam koperasi sektor usaha yang
ditujukan kepada dua sektor, yaitu sektor intern dan ekstern, artinya koperasi
tidak hanya mencari keuntungan untuk koperasi tersebut saja tetapi juga
memeperhatikan kesejahteraan anggotanya. Hal ini berbeda dengan badan usaha
lainnya yang hanya memperhatikan sektor ekstern saja. Dalam koperasi tujuan
didirikannnya usaha adalah untuk memberikan pelayanan, sedangkan untuk usaha
non-koperasi adalah untuk mencari keuntungan semata. Karakteristik utama
koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota
koperasi memiliki identitas ganda (the dual identify of the member),
yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (user
own oriented firm).
Tujuan koperasi Indonesia dalam
Undang-undang No 25 Tahun 1992 pasal 3, adalah memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Dari tujuan tersebut, koperasi dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, berdasarkan kepentingan anggota dan usaha
utamanya, koperasi di golongkan menjadi empat jenis, yaitu: Koperasi konsumen,
koperasi produsen, koperasi simpan pinjam dan koperasi pemasaran. Sedangkan berdasarkan hierarki organisasinya, koperasi digolongkan menjadi
koperasi primer dan koperasi sekunder.
BAB
III
A. Peranan dan Perkembangan Koperasi
di Indonesia dalam Dunia Usaha
Untuk
membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya, meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
Peran
koperasi dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari Kedudukannya
sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, Penyedia lapangan
kerja yang terbesar, Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat, Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran
koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian
nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa
mendatang.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu tercatat di atas 6% dinilai belum
dirasakan merata di semua sektor usaha. Salah satu sektor yang masih harus
didorong dan dioptimalkan adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan,ekonomi Indonesia akan tumbuh
lebih baik lagi asalkan didukung kebijakan yang baik dan melaksanakannya secara
konsisten. Jumlah penduduk usia muda (di bawah 40 tahun) yang mencapai 70% dari
populasi juga merupakan potensi tersendiri. “ Kita punya semua
luxurious factor yang dapat mendorong bangsa kita ke arah lebih baik.
Jika
dibandingkan dengan China yang sama-sama muda (komposisi penduduknya), sumber
daya alam kita lebih besar sehingga seharusnya kita bisa tumbuh lebih baik,”
ujar Hary pada acara
dialog HUT Ke-2 MNC Business Channel bertema ”Ketahanan Ekonomi Nasional” di
MNC Tower, Jakarta,kemarin. Hary menambahkan, salah satu sektor yang harus
mendapat dukungan besar adalah UMKM yang telah
terbukti memiliki daya tahan lebih baik terhadap krisis dan mampu mengurangi kemiskinan. Namun, perlu ada kebijakan yang memiliki keberpihakan lebih pada pelaku
UMKM, salah satunya pemberian kredit bagi UMKM. ”Harus
diberikan prioritas pinjaman tersebut,”tandasnya. Pada kesempatan yang sama,
Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan mengatakan, pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang selalu di atas 6,5% membawa dampak terhadap tumbuhnya sektor
UMKM.
Jumlah UMKM di Indonesia saat ini sebanyak 55,2 juta pengusaha Diharapkan, meningkatnya konsumsi domestik dan menguatnya pasar dalam negeri membuat peran UMKM di dalamnya juga lebih besar. ”Insya Allah UMKM akan menjadi tuan rumah di pasarnya (dalam negeri) sendiri,”tegasnya. Dia mengungkapkan, selain pembinaan dan pemberdayaan UMKM, keberpihakan pemerintah terhadap UMKM antara lain diwujudkan melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) bagi pelaku UMKM yang pada tahun ini mencapai Rp22 triliun dari total Rp85 triliun (kumulatif).
Jumlah UMKM di Indonesia saat ini sebanyak 55,2 juta pengusaha Diharapkan, meningkatnya konsumsi domestik dan menguatnya pasar dalam negeri membuat peran UMKM di dalamnya juga lebih besar. ”Insya Allah UMKM akan menjadi tuan rumah di pasarnya (dalam negeri) sendiri,”tegasnya. Dia mengungkapkan, selain pembinaan dan pemberdayaan UMKM, keberpihakan pemerintah terhadap UMKM antara lain diwujudkan melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) bagi pelaku UMKM yang pada tahun ini mencapai Rp22 triliun dari total Rp85 triliun (kumulatif).
B.
Program-
Program Pemerintah dalam Bidang Koperasi
Selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama,
pembangunan kopersi di Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup
memuaskan. Selain mengalami pertumbuhan secara kuantitatif, secara kualitatif
juga berhasil mendirikan pilar-pilar utama untuk menopang perkembangan koperasi
secara mandiri. Pilar-pilar itu meliputi antara lain: Bank Bukopin, Koperasi
Asuransi Indonesia, Kopersi Jasa Audit, dan Institut Koperasi Indonesia.
` Walaupun demikian, pembangunan
koperasi selama PJP I masih jauh dari sempurna. Berbagai kelemahan mendasar
masih tetap mewarnai wajah koperasi. Kelemahan-kelemahan mendasar itu misalnya
adalah: kelemahan manajerial, kelemahan sumber daya manusia, kelemahan modal,
dan kelemahan pemasaran. Selain itu, iklim usaha yang ada juga terasa masih
kurang kondusif bagi perkembangan koperasi. Akibatnya, walaupun secara
kuantitatif an kualitatif koperasi telah mengalami perkembangan, namun
perkembangannya tergolong masih sangat lambat.
Bertolak dari pengalaman pembagunan koperasi dalam era
PJP I itu, maka pelaksanaan pembangunan koperasi dalam era PJP II diharapkan
lebih ditingkatkan, sehingga selain koperasi tumbuh menjadi bangun perusahaan
yabg sehat dan kuat, peranannya dalam berbaai aspek kehidupan bangsa dapat
lebih ditingkatkan pula. Hal itu sejalan dengan salah satu sasaran pembangunan
ekonomi era PJP II, yaitu pertumbuhan koperasi yang sehat dan kuat. Untuk
mencapai sasaran itu, maka sebagaimana dikemukakan dalam GBHN, kebijakan umum
pembangunan koperasi yang dijalankan oleh pemerintah dalam Pelita VI ini
diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi makin maju, makin mandiri, dan
makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu
berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat, dalam
upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk
itu, maka pembangunan koperasi diselenggarakan melalui peningkatan kemampuan
organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan permodalan dengan di dukung oleh
peningkatan jiwa dan semangat berkoperasi menuju pemantapan perannya sebagai
perekonomian nasional.
Agar dapat bersikap proaktif, koperasi tentu dituntut
untuk memiliki rumusan strategi yang jelas, artinya selain harus memiliki
tujuan dan sasaran usaha yang berorientasi ke depan, koperasi juga dituntut
untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mencapai tujuan dan sasaran
tersebut. Sebagaimana misal, guna mendukung peningkatan profesionalitas
usahanya, maka setiap koperasi harus secara tegas menentukan misi usahanya.
Kecenderungan koperasi untuk melakukan diversifikasi usaha semata-mata untuk
melayani kebutuhan anggota sebagaimana berlangsung selama ini, tentu perlu
dikaji ulang secara sungguh-sungguh. Selain itu agar masing-masing unit usaha
koperasi benar-benar memiliki keunggulan kompetitif terhadap pelaku-pelaku ekonomi
yang lain, maka setiap unit usaha koperasi tidak bisa tidak harus memilih
apakah akan bersaing dengan menonjolkan aspek keunikan produk, harga murah,
atau focus pada sasaran pasar tertentu.
Sehubungan dengan itu, maka beberapa sasaran utama
pengembangan koperasi yang hendak ditempuh pemerintah dalam era PJP II ini
adalah sebagai berikut :
a)
Pengembangan Usaha
b)
Pengembangan Sumber Daya Manusia
c)
Peran Pemerintah
d)
Kerja sama Internasional
Esensi perdagangan bebas yang sedang diciptakan oleh
banyak negara yang ingin lebih maju ekonominya adalah menghilangkan sebanyak
mungkin hambatan perdagangan internasional. Melihat arah tersebut maka untuk
melihat dampaknya terhadap perkembangan koperasi di tanah air dengan cara
mengelompokkan koperasi ke dalam ketiga kelompok atas dasar jenis koperasi.
Pengelompokan itu meliputi pembedaan atas dasar:
1.
Koperasi produsen atau koperasi yang bergerak di
bidang produksi
2.
Koperasi konsumen atau koperasi konsumsi,dan
3.
Koperasi kredit dan jasa keuangan.
Dengan cara ini akan lebih mudah mengenali keuntungan
yang bakal timbul dari adanya perdagangan bebas para anggota koperasi dan
anggota koperasinya sendiri.
Koperasi produsen terutama koperasi pertanian memang merupakan koperasi yang paling sangat terkena pengaruh perdagangan bebas dan berbagai liberalisasi. Koperasi pertanian di seluruh belahan dunia ini memang selama ini menikmati proteksi dan berbagai bentuk subsidi serta dukungan pemerintah. Dengan diadakannya pengaturan mengenai subsidi, tarif, dan akses pasar, maka produksi barang yang dihasilkan oleh anggota koperasi tidak lagi dapat menikmati perlindungan seperti semula, dan harus dibuka untuk pasaran impor dari negara lain yang lebih efisien.
Koperasi produsen terutama koperasi pertanian memang merupakan koperasi yang paling sangat terkena pengaruh perdagangan bebas dan berbagai liberalisasi. Koperasi pertanian di seluruh belahan dunia ini memang selama ini menikmati proteksi dan berbagai bentuk subsidi serta dukungan pemerintah. Dengan diadakannya pengaturan mengenai subsidi, tarif, dan akses pasar, maka produksi barang yang dihasilkan oleh anggota koperasi tidak lagi dapat menikmati perlindungan seperti semula, dan harus dibuka untuk pasaran impor dari negara lain yang lebih efisien.
Untuk koperasi-koperasi yang menangani komoditi
sebagai pengganti impor atau ditutup dari persaingan impor jelas hal ini akan
merupakan pukulan berat dan akan menurunkan perannya di dalam percaturan pasar
kecuali ada rasionalisasi produksi. Sementara untuk koperasi yang menghasilkan
barang pertanian untuk ekspor seperti minyak sawit, kopi, dan rempah serta
produksi pertanian dan perikanan maupun peternakan lainnya, jelas perdagangan
bebas merupakan peluang emas. Karena berbagai kebebasan tersebut berarti
membuka peluang pasar yang baru. Dengan demikian akan memperluas pasar yang
pada gilirannya akan merupakan peluang untuk peningkatan produksi dan usaha
bagi koperasi yang bersangkutan.
Dalam konteks ini koperasi yang menangani produksi
pertanian, yang selama ini mendapat kemudahan dan perlindungan pemerintah
melalui proteksi harga dan pasar akan menghadapi masa-masa sulit. Karena itu
koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya. Bahkan mungkin harus
mereorganisasikan kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi.
Untuk koperasi produksi di luar pertanian memang cukup sulit untuk dilihat arah
pengaruh dari liberalisasi perdagangan terhadapnya. Karena segala sesuatunya
akan sangat tergantung di posisi segmen mana kegiatan koperasi dibedakan dari
para anggotanya. Industri kecil misalnya sebenarnya pada saat ini relatif
berhadapan dengan pasar yang lebih terbuka. Artinya mereka terbiasa dengan
persaingan dengan dunia luar untuk memenuhi pemintaan ekspor maupun berhadapan
dengan barang pengganti yang diimpor. Namun cara-cara koperasi juga dapat
dikerjakan oleh perusahaan bukan koperasi.
Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari adanya perdagangan bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu akan selalu membawa pada persaingan yang lebih baik dan membawa pada tingkat keseimbangan harga yang wajar serta efisien. Peniadaan hambatan perdagangan akan memperlancar arus perdagangan dan terbukanya pilihan barang dari seluruh pelosok penjuru dunia secara bebas. Dengan demikian konsumen akan menikmati kebebasan untuk memenuhi keinginan megkonsumsi secara optimal. Meluasnya konsumsi masyarakat dunia akan mendorong meluas dan meningkatnya usaha koperasi yang bergerak di bidang konsumsi. Selain itu dengan peniadaan hambatan perdagangan oleh pemerintah melalui peniadaan non torif barier dan penurunan tarif akan menyerahkan mekanisme seleksi sepenuhnya kepada masyarakat. Koperasi sebenarnya menjadi wahana masyarakat untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang timbul akibat perdagangan bebas. Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna, terutama jika menyangkut masalah informasi. Bagi koperasi kredit keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar masuk akan merupakan kehadiran pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap tidak dapat menjangkau para anggota koperasi. Apabila koperasi kredit mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk pelayanan anggota saja, maka segmentasi ini akan sulit untuk ditembus pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara berkembang, adanya globalisasi ekonomi dunia akan merupakan peluang untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam membangun sistem perkreditan melalui koperasi. Koperasi kredit atau simpan pinjam di masa mendatang akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu diikuti oleh dukungan lainnya seperti sistem pengawasan dan jaminan. Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD. Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar harapan kita kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi. Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3 tahun 1998 –2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi. Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal. Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah atau lembaga kemasyarakatan yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini telah menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan globalisasi.
Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari adanya perdagangan bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu akan selalu membawa pada persaingan yang lebih baik dan membawa pada tingkat keseimbangan harga yang wajar serta efisien. Peniadaan hambatan perdagangan akan memperlancar arus perdagangan dan terbukanya pilihan barang dari seluruh pelosok penjuru dunia secara bebas. Dengan demikian konsumen akan menikmati kebebasan untuk memenuhi keinginan megkonsumsi secara optimal. Meluasnya konsumsi masyarakat dunia akan mendorong meluas dan meningkatnya usaha koperasi yang bergerak di bidang konsumsi. Selain itu dengan peniadaan hambatan perdagangan oleh pemerintah melalui peniadaan non torif barier dan penurunan tarif akan menyerahkan mekanisme seleksi sepenuhnya kepada masyarakat. Koperasi sebenarnya menjadi wahana masyarakat untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang timbul akibat perdagangan bebas. Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna, terutama jika menyangkut masalah informasi. Bagi koperasi kredit keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar masuk akan merupakan kehadiran pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap tidak dapat menjangkau para anggota koperasi. Apabila koperasi kredit mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk pelayanan anggota saja, maka segmentasi ini akan sulit untuk ditembus pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara berkembang, adanya globalisasi ekonomi dunia akan merupakan peluang untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam membangun sistem perkreditan melalui koperasi. Koperasi kredit atau simpan pinjam di masa mendatang akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu diikuti oleh dukungan lainnya seperti sistem pengawasan dan jaminan. Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD. Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar harapan kita kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi. Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3 tahun 1998 –2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi. Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal. Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah atau lembaga kemasyarakatan yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini telah menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan globalisasi.
C.
Faktor-Faktor yang Mendukung Koperasi di
Indonesia
Beberapa faktor penentu keberhasilan koperasi ditentukan dengan beberapa
faktor berikut :
1.
Kemampuan menciptakan posisi pasar
dan pengawasan harga yang layak antara lain dengan cara :
a) Bertindak bersama dalam menghadapi pasar melalui pemusatan kekuatan dari
anggota.
b) Memperpendek jaringan pemasaran.
c) Memiliki alat perlengkapan organisasi yang berfungsi dengan baik seperti
pengurus, Rapat Anggota, dan Badan Pemeriksa, serta manajer yang terampil dan
berdedikasi.
d) Memiliki kemampuan sebagai suatu unit usaha dalam mengatur jumlah dan
kualitas barang-barang yang dipasarkan melalui kegiatan pergudangan, penelitian
kualitas yang cermat dan sebagainya.
2.
Penggunaan sarana dan prasarana yang
tersedia secara optimal untuk mempertinggi efisiensi.
3.
Pengaruh dari koperasi terhadap
anggota yang berkaitan dengan perubahan sikap dan perilaku yang lebih sesuai
dengan tuntutan perubahan lingkungan, diantaranya perubahan teknologi, pasar
dan dinamika masyarakat.
Selanjutnya
hubungan dan pola kerjasama koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya haruslah
serasi. Sifat hubungan tersebut haruslah saling menguntungkan dan tidak
menimbulkan ketergantungan koperasi kepada bangun ekonomi yang lain, serta
dilandasi oleh pola kerjasama antar koperasi sendiri secara horizontal dan
vertikal. Pembangunan kerja sama dengan pelaku ekonomi lainnya diprioritaskan
pada pengembangan hubungan dengan pengusaha menengah dan perusahaan besar milik
negara. Dengan kedudukan dan peranan koperasi yang demikian dan sesuai dengan
kebijaksanaan program pembangunan koperasi dalam era reformasi yang dititik
beratkan pada upaya memandirikan koperasi, reposisi peran koperasi pada
hakikatnya ditujukan menyelaraskan peran koperasi, sesuai dengan ide dan
prinsip dasarnya. Di samping untuk mengembalikan tujuan pembangunan koperasi,
reposisi koperasi diprogramkan untuk mengeliminir permasalahan yang dihadapi
koperasi.
D.
Faktor-Faktor yang Menghambat
Koperasi di Indonesia
Berikut ini
masalah yang dihadapi koperasi secara umum dan cara mengatasi permasalahan
tersebut , yaitu :
1.
Koperasi jarang peminatnya
Koperasi jarang peminatnya
dikarenakan ada pandangan yang berkembang dalam masyarakat bahwa koperasi
adalah usaha bersama yang diidentikkan dengan masyarakat golongan menengah ke
bawah. Dari sinilah perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang
koperasi. Dengan adanya sosialisasi diharapkan pengetahuan masyarakat tentang
koperasi akan bertambah. Masyarakat dapat mengetahui bahwa sebenarnya koperasi
merupakan ekonomi rakyat yang dapat menyejahterakan anggotanya. Sehingga mereka
berminat untuk bergabung.
2.
Kualitas Sumber Daya yang terbatas
Koperasi sulit berkembang disebabkan
oleh banyak faktor, yaitu bisa disebabkan Sumber Daya Manusia yang kurang.
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pengurus koperasi. Seperti yang sering
dijumpai, pengurus koperasi biasanya merupakan tokoh masyarakat sehingga dapat
dikatakan rangkap jabatan, kondisi seperti inilah yang menyebabkan
ketidakfokusan terhadap pengelolaan koperasi itu sendiri. Selain rangkap
jabatan biasanya pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas.
Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui
pendidikan agar mereka dadat berpartisipasi dalam koperasi. Partisipasi
merupakan faktor yang penting dalam mendukung perkembangan koperasi.
Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga dapat bekerja secara
efisien dan efektif.
3.
Banyaknya pesaing dengan usaha yang sejenis
Pesaing merupakan hal yang tidak
dapat dielakkan lagi, tetapi kita harus mengetahui bagaimana menyikapinya. Bila
kita tidak peka terhadap lingkungan (pesaing) maka mau tidak mau kita akan
tersingkir. Bila kita tahu bagaimana menyikapinya maka koperasi akan survive
dan dapat berkembang.
Dalam menanggapi pesaing kita harus mempunyai trik – trik khusus yang dapat kita lakukan dengan cara melalui harga barang atau jasa, sistem kredit dan pelayanan yang maksimum. Mungkin koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat dilakukan dengan cara sistem kredit, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu mingguan ataupun bulanan tergantung perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat untuk menjadi anggota.
Dalam menanggapi pesaing kita harus mempunyai trik – trik khusus yang dapat kita lakukan dengan cara melalui harga barang atau jasa, sistem kredit dan pelayanan yang maksimum. Mungkin koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat dilakukan dengan cara sistem kredit, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu mingguan ataupun bulanan tergantung perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat untuk menjadi anggota.
4.
Keterbatasan Modal
Pemerintah perlu memberikan
perhatian kepada koperasi yang memang kesulitan dalam masalah permodalan.
Dengan pemberian modal koperasi dapat memperluas usahanya sehingga dapat
bertahan dan bisa berkembang. Selain pemerintah, masyarakat merupakan pihak
yang tak kalah pentingnya, dimana mereka yang memiliki dana lebih dapat
menyimpan uang mereka dikoperasi yang nantinya dapat digunakan untuk modal
koperasi.
5.
Partisipasi anggota
Sebagai anggota dari koperasi
seharusnya mereka mendukung program-program yang ada di koperasi dan setiap
kegiatan yang akan dilakukan harus melalui keputusan bersama dan setiap anggota
harus mengambil bagian di dalam kegiatan tersebut.
6.
Perhatian pemerintah
Pemerintah harus bisa mengawasi
jalannya kegiatan koperasi sehingga bila koperasi mengalami kesulitan, koperasi
bisa mendapat bantuan dari pemerintah, misalnya saja membantu penyaluran dana
untuk koperasi.Akan tetapi pemerintah juga jangan terlalu mencampuri kehidupan
koperasi terutama hal-hal yang bersifat menghambat pertumbuhan koperasi.
Pemerintah hendaknya membuat kenijakan-kebijakan yang dapat membantu
perkembangan koperasi.
7.
Manajemen koperasi
Dalam pelaksanaan koperasi tentunya
memerlukan manajemen, baik dari bentuk perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Karena hal ini sangat berfungsi dalam pengambilan keputusan
tetapi tidak melupakan partisipasi dari anggota.
Apabila semua kegiatan koperasi bisa dijalankan dengan baik dan setiap anggota
mau mengambil bagian di dalam kegiatan koperasi serta perhatian pemerintah
dapat memberikan motifasi yang baik, koperasi pasti dapat berjalan dengan
lancar.
E.
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
KOPERASI
Anggota koperasi memiliki peran ganda, sebagai pemilik
sekaligus pengguna pelayanan koperasi. Sebagai pemilik, anggota berpartisipasi
dalam memodali, mengambil keputusan, mengawasi, dan menanggung resiko. Sebagai
pengguna, anggota berpartisipasi dalam memanfaatkan pelayanan koperasi.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dan bila dilanggar, maka akan
dikenakan sanksi. Sedangkan hak adalah sesuatu yang seharusnya diperoleh. Bila
hak ini tidak terpenuhi, maka yang bersangkutan dapat menuntut. Tetapi bila hak
tersebut tidak digunakan, maka tidak ada sanksi untuk itu.
Anggota koperasi berkewajiban :
- mematuhi AD dan ART serta keputusan yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota.
- menanda tangani perjanjian kontrak kebutuhan. Sehingga, anggota bemar benar sebagi pasar tetap dan potensial bagi koperasi.
- menjadi pelangan tetap
- memodali koperasi
- mengembangkan dan memelihara kebersamaan atas dasar kekeluargaan
- menjaga rahasia perusahaan dan organisasi koperasi kepada pihak luar
- menanggung kerugian yang diderita koperasi, proporsional dengan modal yang disetor.
Anggota koperasi berhak :
- Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota.
- memilih pengurus dan pengawas
- dipilih sebagai pengurus atau pengawas
- meminta diadakan rapat anggota
- mengemukakan pendapat kepada pengurus di luar rapat anggota, baik diminta atau tidak
- memnfaatka pelayanan koerasi dan mendapat pelayanan yang samadengan anggota lain,
- mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menyetujui atau mengubah AD / ART sera ketetapan lainya.
Daftra pustaka :