NAMA :
YUNI RIDO ASIH
KELAS :
2EB25
NPM : 29213594

Resensi novel
Judul : Si Dul Anak Jakarta
Penulis : Aman DT. Madjoindo
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit :
1992
Tempat
Terbit : Jakarta
Bahasa : Indonesia
Berat
Buku : 135.00 (gram)
Tebal
Buku : 86 halaman
UNSUR-UNSUR INTRINSIK NOVEL SI DOEL ANAK JAKARTA
I.
TEMA
-
Kesederhanaan
kehidupan masyarakat Betawi yang Islami
II.
PENOKOHAN
1. Abdoel Hamid
-
Anak
yang baik dan hormat kepada orang tua
Untuk membantu ibunya (Mpok Amna)
mencari nafkah Si Dul yang masih kecil
berjualan nasi ulam (nasi uduk),
masuk kampung ke luar kampung.
-
Membela
yang lemah
Ketika bermain jual-beli rujak
dengan uang pecahan genting, Sapii mengganggu
dan merusakkan dagangan (rujak)
Asnah. Asnah menangis dibuatnya. Demi membelaAsnah yang tidak bersalah Dul
menampik tantangan Sapii. Walaupun Sa-
pii berbadan lebih besar dan
dibantu oleh Saari, namun Si Dul tidak kalah
dalam
perkelahian itu.
-
Senang
bermain dengan anak sebaya, baik laki-laki ataupun perempuan
“Aye main ame si As.
Nanti aje aye pulang dahar”, jawab si
Dul.
Esoknya ia dilarang
ibunya keluar rumah. Dicarinya akal membuat panah-
panahan dan mengadu
semut. Datang ke rumahnya Asnah, Patmah dan 2 orang anak kecil. Mereka bermain
sedekah-sedekahan (hajatan) dan Si Dul
menjadi haji, memimpin doa selamatan. Ia kekenyangan karena sebagai haji
memimpin doa ia leluasa menikmati kue dan buah-buahan yang dibawa Asnah dan
Patmah untuk selamatan itu.
-
Bekerja
keras
Karena semangat dan
kemauannya menjajakan nasi ulam Si Dul berhasil dan cukup banyak tabungannya.
Uang itu dapat digunakan membeli pakaian dan petasan untuk Hari Lebaran.
2. Mpok Amna
- Sayang kepada anak
“Ke mane lu? Udah
serak Nyak manggil, lu diam-diam aje. Pulang dulu dahar nasi, nasi udah nyak
sediain!” kata perempuan itu.
-
Tabah
Nasib malang menimpa
keluarga Si Dul, ayahnya meninggal dunia karena bus yang dikemudikannya
menabrak pohon. Mereka jatuh miskin.
Mpok Amna tetap tabah
dalam menghadapi cobaan itu.
3. Asnah
-
Suka
memberi nasihat
“Kasian, dong
Dul!” kata Asnah dengan iba. “Lihat,dah
dieudah capek, kagak bergerak lagi. Pisain dong. Dul, nanti dia mati, bedose lu
ngadu binatang”, kata Asnah pula mengajari si Dul.
4. Sapii
-
Pemarah
“Ape lu kate ? Nanti
gue gampar mulut lu!” Sapii marah.
Sapii berdiri, mukanya merah padam karena sangat marah.
rupanya sungguh-sungguh dia hendak menampar.
Ketika bermain
jual-beli rujak dengan uang pecahan genting, Sapii mengganggu dan merusakkan
dagangan (rujak) Asnah. Asnah menangis dibuatnya. Demi membela Asnah yang tidak
bersalah Dul menampik tantangan Sapii. Walaupun Sapii berbadan lebih besar dan
dibantu oleh Saari, namun Si Dul tidak kalah
dalam itu.
5.
Saari
-
Suka memprovokator
“Gasak, Pii! Tendang perutnya!” kata Saari memanaskan hati kawannya.
“Gasak kepalanye, Pii! Tendang perutnya!” kata Saari mengajar kawannya.
6. Patmah
-
Teman
yang baik
“Nyok, pulang Pat!”
katanya. “Dirumah aje kite main.”
Si Pat, yang
sebenarnya Patmah itu pulanglah dengan kawannya itu.
7. Uak Salim
- Tegas
Ayoh, liat surat
jangan meleng aje!” serunya.
Anak-anak itu
tunduklah dengan takutnya.
-
kedaerahan
Saat memasuki usia
sekolah, ayah tiri Dul menyuruhnya bersekolah. Tentu saja Dul ingin
sekali ke sekolah tetapi ketika ibunya mpok Am minta ijin kepada
engkongnya, kata engkongnya dengan marah ” ………Emang sekole tu mau
die bawa nanti ke kubur? Kalo die kagak tau ngaji, die jadi kafir nanti lu tau
nggak? Emang lu anak kualat, kagak denger kate. ………..” seru Uak
Salim.
III.
ALUR
-
Progresif
( maju )
Pada
Hari Lebaran Si Dul berpakaian lain dari teman-temannya. Dipakainya setelan
(celana, baju), dasi dan topi pandu yang lebar pinggirnya. Sedang teman-temannya berpakaian kain sarung,
baju dan berkopiah. Karena pakaian Si Dul yang lain dari teman-temannya, banyak
temannya yang merasa aneh, asing, atau lucu. Bahkan kakeknya sendiri mengejek.
Hari yang
dinanti-nanti Si Dul menjadi kenyataan. Si Dul girang dan gembira karena cita-citanya untuk sekolah tercapai. Ia
disekolahkan ayah tirinya bersama-sama saudara tirinya.
( menceritakan
peristiwa masa sekarang dahulu )
IV.
SUDUT
PANDANG
a.
Orang
ketiga pelaku utama
-
Dua
hari sesudah itu datang lagi giliran mencari “umpan” kambing. Si dul telah menyumpah-nyumpanh pula
dalam hatinya.
-
Akan
tetapi pada suatu malam dia diperpukulkan
oleh musuhnya itu bersama-sama.
-
Keesokan
harinya pagi-pagi si Dul dengan ibunya pergi ke pasar.
V.
LATAR
a.
Di
bawah pohon sauh
Ketika itu si Dul dan Asnah sedang bermain rujak-rujakan di bawah pohon
sauh dengan uang pecahan genting.
-
Suasana
awalnya senang,
kemudian menjadi menegangkan setelah terjadi keributana antara si Dul dan Sapii
“Ketika
bermain jual-beli rujak dengan uang pecahan genting, Sapii mengganggu dan
merusakkan dagangan (rujak) Asnah. Asnah menangis dibuatnya. Demi membela Asnah
yang tidak bersalah Dul menampik tantangan Sapii. Walaupun Sapii berbadan lebih
besar dan dibantu oleh Saari, namun Si Dul tidak kalah dalam perkelahian itu.
b.
Di
rumah si Dul
Esoknya ia dilarang
ibunya keluar rumah. Dicarinya akal membuat panah- panahan dan mengadu semut. Datang
ke rumahnya Asnah, Patmah dan 2 orang anak kecil.
-
Suasana
santai, ramai dan penuh dengan
kelucuan
“Bismillah
…!” ……
“Amiiin!”
…
“Ape
yang ade dalam piring, dukuh ame rambutan!” haji Dul mulai mendoa.
Si As dan kwan-kawannya
tercengang...“Ape lagi yang ade di piring sono, mangga, sauh ame kue Cinee!
Amiiin!”
“Ape lagi yang
berderet-deret di sebelahnye, mangkok berisi kopi cap sumuuur! – Ayo dong
aminin!” ujar Haji Dul, sambil memberutkan tangan ke muka.
Teman-temannya tak
dapat menahan tawa, akhirnya diserbu juga makanan itu beramai-ramai.
c.
Di
sungai
Si Dul dan teman-teman sebayanya bermain-main. Melihan ada sungai,
merekapun menjebur dan bertelanjang macam orang Dayak.
-
Suasana
Menyenangkan dan
penuh keakraban
Anak-anak yang lain
berhenti mandi, semua keluar dari dalam air, sambil menari-nari berkeliling , bertelanjang
bulat macam orang Dayak.
d.
Di
rumah Uak Salim
-
Suasana
Suasananya
menegangkan karena ketegasan beliau
Ayoh, liat surat
jangan meleng aje!” serunya.
Anak-anak itu
tunduklah dengan takutnya.
VI.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
a.
Nilai Moral
Ketika
bermain jual-beli rujak dengan uang pecahan genting, Sapii mengganggu
dan
merusakkan dagangan (rujak) Asnah. Asnah menangis dibuatnya. Demi membela Asnah
yang tidak bersalah Dul menampik tantangan Sapii. Walaupun Sa-
pii
berbadan lebih besar dan dibantu oleh Saari, namun Si Dul tidak kalah dalam
perkelahian
itu.
b.
Nilai Agama
“Ayo, liat surat, jangan meleng aje!” seru Uak Salim.
Anak-anak tunduk dengan takutnya. Suasanapun menjadi damai dengan suara
alunan ayat-ayat Al Quran.
c.
Nilai Sosial
Untuk
membantu ibunya (Mpok Amna) mencari nafkah Si Dul yang masih kecil
berjualan
nasi ulam (nasi uduk), masuk kampung ke luar kampung.
d.
Nilai Budaya
Cerita dengan berlatar belakang betawi dengan sisi kehidupan masyarakat
yang sangat sederhana.
VII.
HAL-HAL YANG MENARIK
a.
Nasib
malang menimpa keluarga Si Dul, ayahnya meninggal dunia karena bus
yang
dikemudikannya menabrak pohon. Mereka jatuh miskin.
b.
Untuk
membantu ibunya (Mpok Amna) mencari nafkah Si Dul yang masih kecil
berjualan
nasi ulam (nasi uduk), masuk kampung ke luar kampung.
c. Hari yang dinanti-nanti Si Dul
menjadi kenyataan. Si Dul girang dan gembira
karena cita-citanya untuk sekolah tercapai. Ia
disekolahkan ayah tirinya bersa-
ma-sama saudara tirinya, Mardjuki.
VIII.
PENGARANG
-
Aman
DT. Madjoindo
IX.
AMANAT
a.
Hiduplah
dengan penuh kesederhanaan
b.
Patuh
kepada orang tua niscaya kamu akan sukses di masa yang akan datang
c.
Jangan
merasa minder dengan apa yang kita punya
d.
Tetaplah
berusaha dan kerja keras untuk meraih cita-cita atau impian