Suatu karangan sederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusunan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut meliputi :
1. Aspek
keterkaitan
Merupkan
hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam satun karangan. Artinya,
bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lainnya. Pada
pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah dengan rumusan
masalah,tujuan dan manfaat harus berkaitan.
2. Aspek
urutan
Merupkan
pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian
(dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu
karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian
pendahuluan,dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum, landasan teori
merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru
setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Diakhir pembahasan
disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
3. Aspek
argumentasi
Yaitu
bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap
fakta,pembuktian suatu pernyataan dan kesimpilan dari hal yang telah
dibuktikan.
4. Aspek
teknik penyusunan
Yaitu
bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu dan teknik ini
bersifat baku dan universal. Untuk itu pembahsaan terhadap teknik penyusunan
karangan ilmiah merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi jika orang akan
menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek
bahasa
Yaitu
bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut secara baik,benar dan
baku? Karangan ilmiah disusun dengan
bahasa baik,benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan
mengurangi kadar keillmiahan suatu karya sastra, lebih-lebih untuk karangan
ilmiah akademis.
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan
kesimpulan, yaitu :
Penalaran Induktif dan Deduktif
1.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah
suatu proses berpikir dari suatu yang khusus menuju sesuatu yang bersifat umum.
Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Beberapa contoh penalaran
induktif dengan cara generalisasi :
-
Berdasarkan pengalaman :
seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai
ungkapan rasa lapar atau haus,sakit atau tidak nyaman.
-
Berdasarkan pengamatannya:
seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau,
gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan
turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa
semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.
b. Analogi
Analogi adalah suatu
proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain
memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran
ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan
menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal
lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok
atau
Esensial dari dua hal yang
dianalogikan.
Beberapa contoh penalaran
induktif dengan cara analogi :
-
Dalam riset medis : para
peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen
binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan
karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan
bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi
pada manusia.
c. Hubungan Kausal ( Sebab-Akibat)
Penalaran induktif dengan
melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari
hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam
rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian yang muncul tanpa
penyebab. Cara berpikir seperti itu sebenarnya
lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu
pengetahuan.
Contoh:
Contoh:
-
Ketika seorang ibu melihat
awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya.
Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah
pertanda akan turun hujan (akibat).
-
Seorang petani menanam
berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat
dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu
bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya
rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut
menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).
2.
Penalaran Deduktif
adalah suatu proses berpikir dari sesuatu yang umum
menuju hal-hal yang bersifat khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu,
ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus
atau peristiwa khusus itu.
Contoh :
Semua makhluk hidup akan mati
Manusia adalah makhluk hidup
Karena itu, semua manusi akan mati.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
Manusia adalah makhluk hidup
Karena itu, semua manusi akan mati.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
-
Pertama, generalisasi
sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang
bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui
kebenarannya.
-
Kedua, penerapan atau
perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
-
Ketiga, kesimpulan
deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
Penalaran deduktif dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang
menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah
kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga.
Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan
kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni:
1. premis mayor : Premis adalah proposisi yang menjadi
dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme,
merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau
anggota kelas tertentu.
2. premis minor :
Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi
yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai
anggota dari kelas itu.
3. Kesimpulan :
Proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan
berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.
b.
Entinem
Entiem adalah suatu proses penalaran dengan
menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh :
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap :
-
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah
dari orang yang sedang kesusahan.
-
Premis minor : Pak Dino adalah rentenir
-
Kesimpulan : Jadi, Pak Dino adalah penghisap
darah orang yang kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk
entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Dino adalah renternir, yang menghisap
darah orang yang sedang kesusahan.”
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar